Endrokrinologi
Ketoasidosis Diabetikum
September 25, 2024
Deskripsi
Ketoasidosis diabetikum merupakan komplikasi berbahaya yang dapat terjadi pada penderita diabetes melitus yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah melebihi batas normal. Pada pasien diabetes melitus yang kekurangan insulin, zat berbahaya yang disebut keton dapat menumpuk di dalam darah sehingga menyebabkan ketoasidosis diabetikum. Kondisi ini lebih sering terjadi pada pasien yang terdiagnosis diabetes melitus tipe 1, namun dapat pula terjadi pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang mendapatkan terapi insulin.
Gejala
Gejala dari ketoasidosis diabetikum, meliputi:
- Memiliki riwayat sering merasa haus, sering buang air kecil, sering merasa lapar, dan penurunan berat badan
- Merasa sangat haus
- Mual/muntah yang tampak seperti kopi
- Nyeri perut
- Sesak napas
- Napas berbau keton, seperti aseton atau penghapus cat kuku
- Penurunan kesadaran, seperti merasa mengantuk atau bingung
Gejala tersebut biasanya muncul dalam waktu 24 jam, namun dapat terjadi lebih cepat.
Penyebab
Terdapat beberapa faktor pencetus terjadinya ketoasidosis diabetikum, meliputi infeksi, konsumsi alkohol berlebihan, trauma atau cedera, obat (beta bloker, fenitoin), stres, ketidakpatuhan dalam penggunaan insulin, serta dosis terapi insulin yang tidak adekuat. Infeksi yang paling sering menyebabkan ketoasidosis diabetikum adalah infeksi saluran kemih dan infeksi saluran napas.
Penegakan Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan keluhan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang umumnya dilakukan adalah pemeriksaan kadar gula darah, keton di dalam darah dan urin, serta pH darah untuk membedakan derajat keparahan dari ketoasidosis diabetikum yang dibagi menjadi tiga, yaitu derajat ringan, sedang, dan berat. Diagnosis dapat ditegakkan jika kadar gula darah mencapai >300 mg/dL, terdapat keton di dalam urin maupun darah, serta nilai pH darah <7,30.
Pengobatan
Jika pasien memiliki riwayat diabetes melitus dan mengalami salah satu gejala ketoasidosis diabetikum, maka sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit untuk diberikan terapi oleh tenaga medis karena kondisi ini tergolong kondisi yang mengancam nyawa. Berikut beberapa terapi yang diberikan:
- Terapi cairan
- Untuk mengatasi kondisi dehidrasi, dilakukan pemberian cairan garam fisiologis berupa NaCl 0,9%. Pemberian cairan bertujuan untuk memperbaiki perfusi jaringan tubuh dan menurunkan kadar hormon glukagon yang bekerja berlawanan dengan hormon insulin.
- Terapi insulin
- Terapi insulin harus segera diberikan sesaat setelah diagnosis ditegakkan dan pasien sudah mendapatkan terapi cairan. Pemberian insulin dapat menurunkan hormon glukagon sehingga menurunkan produksi keton di hati dan menurunkan kadar gula darah.
- Terapi kalium
- Pada awal terjadinya ketoasidosis diabetikum, kadar ion kalium di dalam darah meningkat atau disebut dengan hiperkalemia. Kondisi tersebut dapat diatasi dengan pemberian bikarbonat.
- Terapi bikarbonat
- Bikarbonat diberikan jika nilai pH darah <7,1 atau dianjurkan untuk kasus ketoasidosis diabetikum yang berat.
- Terapi glukosa
- Pada 2 jam pertama setelah terapi cairan, kadar gula darah akan turun. Selanjutnya, dengan pemberian insulin diharapkan penurunan kadar gula darah sekitar 60 mg/dL per jam. Jika kadar gula darah mencapai kurang dari 200 mg/dL, maka diberikan cairan infus yang mengandung glukosa.
- Terapi antibiotik
- Antibiotik diberikan jika terdapat kecurigaan infeksi pada pasien.
Cara Menurunkan Risiko Ketoasidosis Diabetikum
Jika memiliki riwayat diabetes melitus, penting untuk mengetahui gejala-gejala dan faktor pencetus ketoasidosis diabetikum sehingga dapat mengurangi risiko mengalami kondisi tersebut. Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan gula darah secara rutin.