Neurologi

Epilepsi

September 21, 2024

Epilepsi

Deskripsi

Epilepsi adalah suatu penyakit tidak menular yang kronis(berlangsung lama) yang mengenai otak. Sekitar 50 juta orang di seluruh dunia terserang epilepsi yang gejalanya ditandai dengan adanya kejang yang berulang. Kejang merupakan suatu episode singkat dimana terjadinya suatu gerakan tak sadar yang melibatkan sebagian atau seluruh tubuh dan terkadang dapat disertai dengan hilangnya kesadaran atau kontrol fungsi beberapa organ dalam seperti usus dan kandung kencing sehingga mengakibatkan orang mungkin kencing atau buang air besar tanpa disadari saat kejang.

Episode kejang disebabkan oleh pelepasan listrik yang berlebihan pada sekelompok sel otak. Bentuk kejang bervariasi, mulai dari kehilangan perhatian hingga kejang kelojotan berkepanjangan. Frekuensi kejang bervariasi mulai dari satu kali per tahun hingga hampir setiap hari/beberapa kali dalam sehari. Satu kali kejang tidak mengindikasikan epilepsi (hingga 10% orang di seluruh dunia mengalami satu kali kejang seumur hidup). Epilepsi sendiri merupakan kejadian dua atau lebih kejang yang tidak beralasan.

Gejala

Gejala epilepsi sangat bervariasi dan dapat berbeda dengan orang lainnya.

  • Tetap sadar atau kehilangan kesadaran selama kejang
  • Kejang separuh bagian tubuh seperti hanya tangan atau kaki saja
  • kejang seluruh tubuh
  • kejang kelojotan
  • kejang kaku
  • Kehilangan kekuatan otot sehingga menyebabkan jatuh secara tiba-tiba.
  • Mengedipkan mata secara terus menerus
  • Bengong selama beberapa saat dengan atau tanpa meneteskan air liur.
  • Beberapa orang dengan epilepsi dapat mengalami penurunan kemampuan kognitif setelah mengalami kejang.

Siapa saja yang berisiko?

Beberapa hal berikut dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk mengalami epilepsi:

  • Riwayat ibu sakit berat saat hamil meningkatkan risiko epilepsi pada anak karena berhubungan dengan perkembangan otak anak selama di dalam kandungan.
  • Riwayat cedera kepala
  • Riwayat kejang demam
  • Mempunyai keluarga yang pernah mengalami epilepsi
  • Bayi lahir dengan kondisi tidak langsung menangis
  • Memiliki riwayat infeksi atau tumor pada otak

Penyebab

Epilepsi merupakan penyakit yang tidak menular. Penyebab epilepsi dapat dibagi menjadi beberapa kategori seperti masalah struktur otak, faktor keturunan, infeksi, masalah pada metabolisme tubuh, penyakit imun dan penyebab lain yang tidak diketahui. Beberapa contoh dari penyebab epilepsi adalah sebagai berikut:

  • Cedera otak sebelum atau setelah bayi dilahirkan seperti kekurangan oksigen, cedera saat proses bersalin dan berat lahir kurang.
  • Kelainan bawaan lahir atau kondisi genetik tertentu yang menyebabkan otak tidak terbentuk dengan sempurna.
  • Cedera kepala berat misalkan pada kecelakaan lalu lintas atau terjatuh dari ketinggian.
  • Mengalami stroke yang menyebabkan otak kekurangan oksigen
  • Infeksi pada otak seperti meningitis, encephalitis atau neurocysticercosis
  • Tumor otak

Diagnosis

terdapat tiga fase untuk menegakkan diagnosis epilepsi yaitu diagnosa jenis kejang, jenis epilepsi, sampai menentukan jenis sindrom epilepsi yang sesuai dengan gejala yang diperlihatkan oleh penderita.

Dokter akan melakukan tanya jawab untuk mengetahui gejala yang Anda alami, kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan neurologis (pemeriksaan saraf). Pemeriksaan baku yang  dilakukan untuk mendiagnosis epilepsi adalah Video-Electroencephalography (EEG) untuk memeriksa kondisi kelistrikan pada otak.

Pengobatan

Hingga 70% penderita epilepsi bisa bebas dari kejang jika menggunakan obat anti kejang yang tepat untuk mengendalikan kejangnya. Penghentian obat anti kejang dapat dipertimbangkan setelah 2 tahun tanpa kejang dan harus mempertimbangkan faktor klinis, sosial dan pribadi yang relevan. Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengontrol gejala epilepsi adalah:

  • Medikasi/obat
    • Kebanyakan penderita dapat bebas dari kejang dengan minum satu obat anti kejang (obat anti epilepsi) tetapi berbeda dengan orang lain yang memerlukan lebih dari satu obat untuk dapat terbebas dari kejang.
    • Konsultasi dengan dokter adalah cara tepat untuk menemukan obat dan dosis anti kejang yang tepat. Dokter spesialis saraf akan mempertimbangkan beberapa kondisi sebelum memulai pengobatan seperti seberapa sering anda mengalami kejang, usia serta kondisi medis lain yang dimiliki. Dokter juga akan menanyakan obat lain yang sedang anda konsumsi untuk memastikan obat anti-kejang tidak berinteraksi dengan obat tersebut.
    • Dokter dapat menaikkan dosis secara bertahap sampai kejang terkontrol baik. Beberapa contoh obat anti kejang adalah carbamazepine, lamotrigine, asam valproate, levetiracetam dan topiramate.
  • Operasi
    • Ketika obat-obatan tidak cukup mengendalikan kejang, operasi epilepsi bisa menjadi pilihan. Operasi dilakukan dengan mengangkat area otak yang menyebabkan kejang oleh dokter bedah. Pembedahan dilakukan bila:
      • Kejang dimulai di area kecil yang jelas di otak Anda.
      • Operasi ini tidak akan mempengaruhi fungsi vital seperti bicara, berbahasa, gerakan, penglihatan, atau pendengaran.
    • Untuk beberapa jenis epilepsi, operasi dengan luka kecill seperti ablasi laser stereotaktik yang dipandu oleh alat MRI (suatu alat yang dapat menunjukan gambaran detail dari organ tubuh) dapat membantu meredakan gejala.. Prosedur ini melibatkan penggunaan probe laser termal yang diarahkan ke area otak yang menyebabkan kejang.
    • Anda dapat terus minum beberapa obat untuk mencegah kejadian kejang setelah operasi. Namun, mungkin saja Anda akan mengonsumsi lebih sedikit obat dan pengurangan dosis obat Anda.
    • Pada sebagian kecil orang, pembedahan epilepsi dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi mungkin termasuk perubahan permanen dalam kemampuan berpikir.
  • Terapi stimulasi otak menggunakan alat tertentu
    • Stimulasi saraf vagus
      • Stimulasi saraf vagus dapat menjadi pilihan ketika obat-obatan tidak bekerja cukup baik untuk mengendalikan kejang dan pembedahan tidak memungkinkan. Sebuah alat stimulator saraf vagus yang ditanamkan di bawah kulit dada Anda seperti alat pacu jantung. Kabel stimulator akan dihubungkan ke saraf vagus yang ada di leher Anda.
      • Perangkat ini ditenagai oleh baterai yang mengirimkan aliran energi listrik melalui saraf vagus ke otak. Kebanyakan orang masih perlu minum obat anti kejang tapi beberapa orang mungkin menurunkan dosis obatnya. Efek samping stimulasi saraf vagus mungkin termasuk nyeri tenggorokan, suara serak, sesak napas, atau batuk.
    • Stimulasi otak dalam
      • Dalam stimulasi otak dalam, ahli bedah akan menanamkan elektroda ke bagian tertentu di otak (bagian thalamus). Elektroda tersebut dihubungkan ke generator yang ditanam di dada. Generator secara teratur mengirimkan aliran listrik ke otak pada interval waktu tertentu dan dapat mengurangi kejang. Stimulasi otak dalam sering digunakan untuk orang yang kejangnya tidak kunjung membaik dengan obat.
    • Stimulasi saraf responsif
      • Perangkat implan seperti alat pacu jantung ini dapat membantu mengurangi frekuensi terjadinya kejang. Perangkat tersebut akan menganalisis pola dari aktivitas otak untuk mendeteksi kejang yang baru mulai terjadi. Mereka memberikan rangsangan listrik untuk menghentikan kejang. Penelitian menunjukkan bahwa terapi ini memiliki sedikit efek samping dan dapat meredakan kejang dalam jangka panjang.
    • Diet ketogenik
      • Beberapa anak dan orang dewasa penderita epilepsi mengurangi kejangnya dengan mengikuti pola makan tinggi lemak dan rendah karbohidrat (diet ketogenik). Ini mungkin menjadi pilihan ketika obat-obatan tidak membantu mengendalikan epilepsi.Dalam diet ketogenik ini, tubuh akan memecah lemak dan bukan karbohidrat untuk menghasilkan energi. Penting untuk melakukan hal ini di bawah pengawasan ketat profesional kesehatan.
      • Para ahli belum sepenuhnya mengetahui cara kerja diet ketogenik untuk mengurangi kejang. Namun para peneliti berpendapat bahwa pola makan tersebut menciptakan perubahan kimia yang menekan kejang. Pola makan juga mengubah tindakan sel otak untuk mengurangi kejang.Efek samping diet ketogenik adalah dehidrasi, sembelit/konstipasi, dan melambatnya pertumbuhan akibat dari  tidak mendapatkan nutrisi yang cukup. Penumpukan asam urat dalam darah juga menjadi salah satu komplikasi yang bisa menyebabkan batu ginjal. Efek samping ini tidak umum terjadi jika pola makan dilakukan dengan benar dan diawasi oleh dokter.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *