Obgyn

Polycystic Ovary Syndrome

September 19, 2024

Polycystic Ovary Syndrome

Sindrom ovarium polikistik (PCOS) adalah suatu kondisi umum yang mempengaruhi cara kerja ovarium wanita. Ovarium polikistik mengandung sejumlah besar folikel tidak berbahaya yang berukuran hingga 8 mm (kira-kira 0,3 inci). Folikel adalah kantung yang belum berkembang tempat sel telur berkembang. Pada PCOS, kantung ini seringkali tidak dapat melepaskan sel telur, yang berarti tidak terjadi ovulasi. PCOS adalah salah satu penyebab paling umum dari infertilitas wanita. Banyak wanita mengetahui bahwa mereka menderita PCOS ketika mereka mengalami kesulitan untuk hamil. Pada setiap siklus menstruasi, indung telur melepaskan sel telur (ovum) ke dalam rahim. Proses ini disebut ovulasi dan biasanya terjadi sebulan sekali. Akan tetapi, wanita dengan PCOS tidak berovulasi atau jarang berovulasi, yang berarti mereka mengalami menstruasi yang tidak teratur atau tidak ada sama sekali dan sulit untuk hamil.

Gejala

Gejala PCOS umumnya akan terlihat pada usia akhir remaja atau awal 20-an. Tidak semua wanita penderita PCOS mengalami semua gejala tersebut, dan setiap gejala dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Gejala umum PCOS meliputi:

  • Menstruasi tidak teratur atau tidak menstruasi sama sekali
  • Sulit hamil (karena ovulasi tidak teratur atau tidak ada ovulasi)
  • Pertumbuhan rambut berlebihan (hirsutisme), biasanya di wajah, dada, punggung atau bokong
  • Penambahan berat badan
  • Penipisan rambut dan rambut rontok di kepala
  • Kulit berminyak atau berjerawat

Faktor Risiko

  • Riwayat Keluarga: Kemungkinan untuk mengembangkan PCOS lebih tinggi jika ada riwayat keluarga dengan PCOS. Hal ini menunjukkan adanya faktor genetik yang berperan dalam perkembangan kondisi ini.
  • Resistensi Insulin: Resistensi terhadap insulin adalah karakteristik umum pada banyak wanita dengan PCOS. Hal ini berarti tubuh tidak merespons insulin dengan baik, yang dapat menyebabkan peningkatan kadar insulin dalam darah. Resistensi insulin juga terkait dengan obesitas dan diabetes tipe 2.
  • Obesitas: Wanita dengan PCOS lebih cenderung mengalami obesitas atau memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi. Obesitas dapat memperburuk resistensi insulin dan gejala PCOS lainnya.
  • Gangguan Metabolik: Kondisi seperti sindrom metabolik, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung koroner lebih sering terjadi pada wanita dengan PCOS, terutama jika terkait dengan obesitas dan resistensi insulin.
  • Peningkatan Hormon Androgen: PCOS seringkali dikaitkan dengan peningkatan hormon androgen, seperti testosteron, dalam tubuh wanita. Hormon ini dapat berkontribusi pada gejala seperti pertumbuhan rambut berlebihan (hirsutisme) dan masalah reproduksi.
  • Usia: PCOS dapat mempengaruhi wanita dari masa remaja hingga menopause, tetapi gejalanya sering kali muncul setelah pubertas.
  • Gaya Hidup: Faktor gaya hidup seperti pola makan tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan stres dapat mempengaruhi keseimbangan hormonal dan memperburuk gejala PCOS.
  • Etnisitas: Meskipun PCOS dapat terjadi pada wanita dari semua etnis, beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat kejadian dan manifestasi gejalanya dapat bervariasi antara kelompok etnis.

Komplikasi

Wanita yang menderita PCOS mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengidap:

  • Diabetes tipe 2: suatu kondisi seumur hidup yang menyebabkan kadar gula darah seseorang menjadi terlalu tinggi
  • Depresi dan perubahan suasana hati: gejala PCOS dapat memengaruhi kepercayaan diri dan harga diri 
  • Tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi: Kondisi tersebut dapat menyebabkan penyakit jantung dan stroke.
  • Sleep apnea: wanita yang kelebihan berat badan juga dapat mengalami sleep apnea yakni suatu kondisi yang menyebabkan gangguan pernapasan saat tidur
  • Kanker endometrium: Wanita yang tidak mengalami menstruasi sama sekali atau sangat tidak teratur (kurang dari 3 atau 4 periode dalam setahun) selama bertahun-tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker endometrium. Namun kemungkinan terkena kanker endometrium masih kecil dan dapat diminimalkan dengan menggunakan pengobatan untuk mengatur menstruasi, seperti pil kontrasepsi atau sistem intrauterine (IUS).

Diagnosis

Anamnesis dan pemeriksaan hormon: Dokter akan menanyakan gejala untuk membantu menyingkirkan kemungkinan penyebab lain, dan memeriksa tekanan darah. Dokter juga akan mengatur agar pasien menjalani sejumlah tes hormon untuk mengetahui apakah kelebihan produksi hormon disebabkan oleh PCOS atau kondisi terkait hormon lainnya. Pasien mungkin juga memerlukan tes darah untuk mengukur kadar hormon dan memeriksa diabetes atau kolesterol tinggi. Diagnosis PCOS biasanya dapat ditegakkan jika penyebab lainnya dari gejala yang sama telah disingkirkan dan memenuhi setidaknya 2 dari 3 kriteria berikut (kriteria Rotterdam).

  • Pasien mengalami menstruasi yang tidak teratur atau jarang. Ini menunjukkan bahwa indung telur tidak melepaskan sel telur secara teratur
  • Tes darah menunjukkan pasien memiliki “hormon pria” yang tinggi, seperti testosterone (atau terkadang hanya kelebihan hormon pria, meskipun tes darahnya normal)
  • Hasil scan menunjukkan pasien menderita ovarium polikistik

Karena hanya 2 di antaranya yang perlu ada untuk mendiagnosis PCOS, pasien tidak perlu melakukan pemindaian ultrasonografi sebelum kondisinya dapat dipastikan

Tatalaksana

Sindrom ovarium polikistik (PCOS) tidak dapat disembuhkan, namun gejalanya dapat diatasi.

  • Perubahan gaya hidup: Pada wanita yang kelebihan berat badan, gejala dan risiko keseluruhan timbulnya masalah kesehatan jangka panjang akibat PCOS dapat diatasi dengan menurunkan berat badan berlebih. Penurunan berat badan hanya 5% dapat menyebabkan perbaikan PCOS yang signifikan. Pasien dapat mengetahui apakah berat badannya sehat dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT), yang merupakan pengukuran berat badannya dibandingkan dengan tinggi badan. Pasien bisa menurunkan berat badan dengan berolahraga secara teratur dan mengonsumsi makanan sehat dan seimbang. Diet harus mencakup banyak buah dan sayuran (setidaknya 5 porsi sehari), makanan utuh (seperti roti gandum, sereal gandum, dan nasi merah), daging tanpa lemak, ikan, dan ayam.
  • Obat-obatan: Obat-obatan juga dapat digunakan untuk mengatasi beberapa masalah lain yang terkait dengan PCOS, termasuk obat penurun berat badan seperti orlistat, jika kelebihan berat badan. Obat penurun kolesterol (statin) jika pasien memiliki kadar kolesterol tinggi dalam darah. Perawatan jerawat
  • Menstruasi yang tidak teratur atau tidak ada sama sekali: Pil kontrasepsi mungkin direkomendasikan untuk mengindikasi menstruasi secara teratur, atau menstruasi dapat diinduksi dengan menggunakan tablet progestogen intermiten (yang biasanya diberikan setiap 3 hingga 4 bulan, namun dapat diberikan setiap bulan). Hal ini juga akan mengurangi risiko jangka panjang terkena kanker endometrium yang berhubungan dengan tidak adanya menstruasi yang teratur. Metode kontrasepsi hormonal lainnya, seperti sistem intrauterine (IUS), juga akan mengurangi risiko ini dengan menjaga lapisan rahim tetap tipis, namun mungkin tidak menyebabkan menstruasi
  • Masalah kesuburan: Obat yang disebut clomifene mungkin merupakan pengobatan pertama yang direkomendasikan untuk wanita penderita PCOS yang sedang mencoba untuk hamil. Clomifene mendorong pelepasan sel telur setiap bulan dari ovarium. Obat lain yang direkomendasikan adalah metformin, dapat digunakan untuk menurunkan kadar insulin dan gula darah pada wanita penderita PCOS. Obat lain yang dapat menstimulasi terjadinya ovulasi adalah letrozole.
  • Pertumbuhan rambut yang tidak diinginkan dan rambut rontok: Pil kontrasepsi oral kombinasi biasanya digunakan untuk mengatasi pertumbuhan rambut berlebihan (hirsutisme) dan rambut rontok (alopesia). Obat-obatan anti-androgen dapat digunakan untuk pertumbuhan rambut yang berlebihan, namun tidak cocok diberikan jika pasien sedang hamil atau mencoba untuk hamil.
  • Pembedahan: Prosedur bedah kecil yang disebut dengan laparoscopic ovarian drilling (LOD) mungkin merupakan pilihan pengobatan untuk masalah kesuburan terkait PCOS yang tidak merespons pengobatan. Dengan anestesi umum, dokter pasien akan membuat sayatan kecil di perut bagian bawah dan memasukkan mikroskop panjang dan tipis yang disebut laparoskop ke dalam perut pasien. Ovarium kemudian akan dirawat melalui pembedahan menggunakan panas atau laser untuk menghancurkan jaringan yang memproduksi androgen (hormon pria). Tindakan ini telah ditemukan menurunkan kadar testosterone dan hormon luteinising (LH), dan meningkatkan kadar hormon perangsang folikel (FSH). Ini memperbaiki ketidakseimbangan hormon dan dapat mengembalikan fungsi ovarium.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *