Obgyn
Pendarahan Postpartum Sekunder
September 19, 2024
Pendarahan postpartum sekunder adalah kondisi dimana seorang wanita mengalami perdarahan berlebihan setelah melahirkan, biasanya terjadi dalam 24 jam sampai 6 minggu setelah proses persalinan.
Penyebab
- Retensi Sisa Plasenta: Bagian atau fragmen dari plasenta yang tidak terlepas sepenuhnya dari dinding rahim setelah persalinan.
- Infeksi: Infeksi pada rahim atau jaringan perineum (area di sekitar vagina dan anus) setelah persalinan dapat menyebabkan peradangan yang mempengaruhi kemampuan rahim untuk menyusut dan menutupi pembuluh darah yang pecah.
- Trauma atau Cedera: Cedera pada jaringan di dalam rahim atau di sekitar rahim selama proses persalinan atau setelahnya dapat menyebabkan perdarahan.
- Ketidakseimbangan Hormonal: Perubahan hormonal pasca-persalinan yang tidak seimbang dapat mempengaruhi kontraksi rahim dan mengakibatkan perdarahan berlebihan.
Gejala
- Perdarahan yang lebih banyak atau lebih lama dari biasanya setelah persalinan.
- Perut yang terasa nyeri atau tekanan yang meningkat.
- Perubahan dalam aliran lochia (cairan dari rahim setelah persalinan) yang lebih banyak, lebih berbau, atau berwarna lebih gelap.
- Demam atau gejala infeksi, seperti nyeri panggul atau perut, dan kelemahan umum.
Diagnosis
Dokter akan melakukan wawancara dengan pasien untuk mengumpulkan informasi tentang gejala yang dialami, seperti jumlah perdarahan, durasi, dan intensitasnya. Selain itu, riwayat kehamilan, persalinan, dan perawatan sebelumnya juga akan dievaluasi. Selain itu, akan dilakukan pemeriksaan fisik untuk menilai tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan. Pemeriksaan perut untuk menilai adanya pembesaran atau nyeri juga dilakukan untuk mengevaluasi kondisi rahim. Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan, yaitu:
- Pemeriksaan Internal: Pemeriksaan vagina dan serviks dilakukan untuk menilai adanya sisa plasenta atau jaringan yang mungkin tertinggal di dalam rahim.
- Pemeriksaan Ultrasonografi: Ultrasonografi dapat digunakan untuk mengidentifikasi sisa plasenta atau jaringan lain yang mungkin ada di dalam rahim. Ini penting untuk memastikan bahwa tidak ada fragmen plasenta yang tertinggal yang dapat menyebabkan perdarahan berkelanjutan.
- Tes Tambahan: Jika diperlukan, tes tambahan seperti tes darah untuk mengukur kadar hemoglobin dan hematokrit serta uji koagulasi dapat dilakukan untuk menilai status darah dan kemampuan pembekuan.
- Evaluasi Penyebab Underlying: Setelah perdarahan dikelola, dokter akan mencari penyebab mendasar pendarahan, seperti sisa plasenta, infeksi, atau cedera, yang mungkin memerlukan intervensi tambahan
Penanganan
- Stabilisasi Pasien: Langkah pertama adalah memastikan bahwa pasien stabil secara medis. Tahap ini mungkin melibatkan pemberian cairan intravena untuk mengganti volume darah yang hilang dan mempertahankan tekanan darah yang adekuat.
- Evaluasi dan Diagnosis: Dokter akan melakukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan penyebab pendarahan. Ini mungkin meliputi pemeriksaan fisik, ultrasonografi, dan tes laboratorium untuk mengidentifikasi sisa plasenta, infeksi, atau cedera lain yang mungkin menyebabkan perdarahan.
- Obat-obatan: Pemberian obat-obatan seperti oksitosin atau ergotamin untuk merangsang kontraksi rahim dan membantu menghentikan perdarahan.
- Pembersihan Rahim: Jika sisa plasenta atau jaringan lain yang tertinggal di dalam rahim menjadi penyebabnya, dokter dapat melakukan prosedur pembersihan rahim (currettage) untuk mengangkat sisa-sisa tersebut.
- Transfusi Darah: Jika perdarahan sangat berat dan pasien mengalami anemia berat, transfusi darah mungkin diperlukan untuk menggantikan volume darah yang hilang dan memperbaiki kondisi klinis pasien.
- Manajemen Infeksi: Jika infeksi merupakan penyebab pendarahan, pemberian antibiotik dapat diberikan untuk mengatasi infeksi dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
- Pemantauan Lanjutan: Pasien akan dipantau dengan ketat setelah penanganan awal untuk memastikan bahwa perdarahan telah terhenti dan untuk mengamati kemungkinan komplikasi lainnya.