Obgyn

Massa Genitalia Externa

September 25, 2024

Massa Genitalia Externa

1. Kista Bartholin

Kista Bartholin adalah pembengkakan yang terjadi ketika kelenjar Bartholin yang terletak di kedua sisi labia (bibir vagina) mengalami penyumbatan. Kelenjar Bartholin berfungsi menghasilkan cairan pelumas untuk mempermudah hubungan seksual. Ketika saluran keluar kelenjar ini tersumbat, cairan tidak dapat keluar dan akhirnya membentuk kista atau kantung berisi cairan di sekitar kelenjar.

Faktor Risiko

  • Usia: Kista Bartholin paling sering terjadi pada wanita usia reproduksi, terutama antara usia 20-30 tahun.
  • Riwayat Kista Bartholin Sebelumnya: Wanita yang pernah mengalami kista Bartholin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kista tersebut lagi di masa depan.
  • Infeksi: Infeksi pada kelenjar Bartholin dapat menyebabkan penyumbatan saluran keluar kelenjar, yang dapat berujung pada pembentukan kista.
  • Seksual Aktif: Aktivitas seksual yang aktif, terutama jika berisiko tinggi terhadap infeksi menular seksual (IMS), dapat meningkatkan risiko terkena kista Bartholin.
  • Praktik Kesehatan Reproduksi: Penggunaan kondom yang tidak konsisten atau kebersihan yang kurang baik dapat meningkatkan risiko terkena infeksi yang dapat menyebabkan kista Bartholin.
  • Kehamilan: Perubahan tingkat hormon selama kehamilan dapat mempengaruhi kelenjar Bartholin dan meningkatkan risiko pembentukan kista.
  • Merokok: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa merokok dapat mempengaruhi keseimbangan hormon dan sistem kekebalan tubuh, yang dapat berkontribusi pada risiko terbentuknya kista Bartholin.
  • Kondisi Medis: Kondisi medis tertentu seperti diabetes atau kekebalan tubuh yang lemah juga dapat meningkatkan risiko terkena infeksi dan kista Bartholin.
  • Faktor Genetik: Kondisi tertentu dalam struktur atau fungsi kelenjar Bartholin yang bersifat genetik juga dapat berperan dalam pembentukan kista.

Gejala

  • Adanya benjolan atau pembengkakan di salah satu sisi labia (bibir vagina).
  • Nyeri atau ketidaknyamanan di area kista, terutama saat duduk atau berjalan. Nyeri juga dapat muncul saat berhubungan seksual
  • Kemerahan atau penebalan kulit di sekitar kista.
  • Rasa tidak nyaman terutama ketika duduk atau berjalan.
  • Gejala infeksi jika kista terinfeksi, seperti demam singkat atau perubahan warna dan suhu pada area kista.

Diagnosis

Dokter akan mengumpulkan riwayat medis lengkap pasien, termasuk keluhan yang dialami dan riwayat kesehatan terkait. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menilai ukuran, lokasi, dan keadaan kista Bartholin. Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan, yaitu:

  • Pemeriksaan Visual: Pemeriksaan visual pada area vulva dilakukan untuk melihat dan menilai adanya pembengkakan atau benjolan di sekitar labia.
  • Tes Tambahan: Jika diperlukan, dokter dapat melakukan tes tambahan seperti ultrasonografi atau pemeriksaan lain untuk memastikan diagnosis atau menyingkirkan kemungkinan kondisi lain yang serupa.
  • Tes Jarum Aspirasi: Pada beberapa kasus, dokter dapat melakukan tes aspirasi jarum untuk mengambil sampel cairan dari kista dan mengevaluasi apakah cairan tersebut merupakan cairan normal atau terinfeksi.
  • Tes Pengujian Laboratorium: Jika terdapat tanda-tanda infeksi, misalnya jika kista terasa hangat atau terdapat demam, dokter dapat memesan tes laboratorium seperti tes darah untuk mengecek jumlah sel darah putih yang meningkat

Penanganan

  • Pemantauan: Untuk kista Bartholin kecil yang tidak menimbulkan gejala yang signifikan, dokter dapat memilih untuk memantau perkembangannya tanpa melakukan tindakan langsung.
  • Sclerotherapy: Prosedur ini melibatkan injeksi zat sklerosan (misalnya alkohol) ke dalam kista untuk mengencangkan dinding kista dan mencegahnya mengisi kembali dengan cairan. Metode ini biasanya digunakan untuk kista Bartholin yang kambuh atau berulang.
  • Tindakan Drainase: Jika kista terinfeksi atau menyebabkan gejala seperti nyeri atau pembengkakan yang signifikan, dokter akan melakukan drainase. Ini dilakukan untuk mengeluarkan cairan dari kista menggunakan teknik pengeluaran jarum atau pemasangan kateter.
  • Marsupialisasi (pengosongan): Jika kista Bartholin sering kambuh, dokter dapat melakukan prosedur marsupialisasi. Ini melibatkan pembuatan sayatan kecil pada kista untuk membentuk saluran permanen yang menghubungkan kista dengan permukaan kulit, mengurangi risiko akumulasi cairan dan pembentukan kista baru.
  • Penggunaan kateter: Untuk kista yang lebih besar atau terinfeksi, dokter dapat memasang kateter ke dalam kista untuk mengalirkan cairan keluar dan mencegah penumpukan cairan yang menyebabkan kista membesar kembali.
  • Operasi Ekstirpasi: Untuk kista Bartholin yang besar, berulang, atau tidak merespons terhadap tindakan lain, dokter dapat merekomendasikan operasi ekstirpasi. Prosedur ini melibatkan pengangkatan kista Bartholin secara keseluruhan menggunakan teknik bedah konvensional atau teknologi laser.
  • Pemberian Antibiotik: Jika kista Bartholin terinfeksi, dokter akan meresepkan antibiotik untuk mengatasi infeksi. Penting untuk mengikuti petunjuk penggunaan antibiotik dengan tepat.
  • Perawatan Postoperatif: Setelah tindakan operasi atau prosedur lainnya, pasien perlu mematuhi perawatan pasca-operatif yang disarankan oleh dokter. Ini termasuk merawat luka operasi, menggunakan obat-obatan yang diresepkan, dan memantau gejala peradangan atau infeksi.

2. Kista Gartner

Kista Gartner (juga dikenal sebagai kista duktus Gartnerianus) berasal dari sisa-sisa duktus Gartner, struktur embriologis yang berkembang pada janin perempuan tetapi biasanya menghilang selama perkembangan janin. Duktus Gartner adalah saluran kecil yang berkembang dari sistem genitourinari awal dan biasanya menghubungkan bagian bawah vagina dengan vagina bagian atas atau serviks. Kista Gartner biasanya kecil dan dapat ditemukan di dekat dinding vagina atau serviks. Kista ini seringkali tidak menimbulkan gejala dan dapat ditemukan secara kebetulan selama pemeriksaan ginekologi rutin atau imaging medis.

Faktor Risiko

  • Riwayat Embriologi: Kista Gartner terjadi karena sisa-sisa duktus Gartner yang biasanya menghilang selama perkembangan janin. Oleh karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan normal duktus Gartner selama fase embriologi mungkin berkontribusi pada risiko terbentuknya kista Gartner.
  • Kelainan Pembentukan Embriologi: Kelainan dalam pembentukan atau perkembangan duktus Gartner selama fase embriologi dapat meningkatkan risiko sisa-sisa duktus Gartner tetap ada dan berkembang menjadi kista.
  • Hormonal: Sebagai struktur yang berkembang dalam sistem genitourinari awal, perubahan hormonal selama masa reproduksi atau kehamilan dapat memengaruhi kondisi duktus Gartner dan potensial terbentuknya kista jika duktus tersebut tidak menghilang sepenuhnya.
  • Usia: Meskipun tidak ada korelasi pasti, beberapa literatur menunjukkan bahwa kista Gartner dapat lebih umum terjadi pada wanita di usia reproduksi atau selama masa kehamilan. Ini bisa jadi karena perubahan hormonal yang terjadi selama periode ini.
  • Kelainan Genetik atau Keluarga: Walaupun belum sepenuhnya diketahui, adanya riwayat keluarga dengan kondisi struktural atau genetik tertentu yang mempengaruhi sistem genitourinari mungkin juga berperan dalam risiko terbentuknya kista Gartner.

Tanda dan Gejala

  • Nyeri Panggul: Nyeri atau ketidaknyamanan di daerah panggul atau punggung bawah dapat terjadi jika kista Gartner menekan organ-organ di sekitarnya.
  • Nyeri saat Berhubungan Seksual: Kista Gartner yang besar atau terletak secara strategis dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau nyeri selama atau setelah hubungan seksual.
  • Keputihan Abnormal: Meskipun tidak umum, beberapa kasus kista Gartner dapat menyebabkan keputihan yang tidak normal, terutama jika kista terinfeksi.
  • Perdarahan: Kista Gartner yang besar atau terinfeksi bisa memengaruhi jaringan sekitarnya, yang dapat menyebabkan perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan yang tidak normal.
  • Tekanan atau Sensasi Penuh: Sensasi tekanan atau penuh di daerah panggul atau vagina bisa menjadi tanda bahwa kista Gartner tumbuh atau berkembang.
  • Gejala Infeksi: Jika kista Gartner terinfeksi, gejala seperti demam, kemerahan, atau pembengkakan di sekitar kista dapat terjadi.

Diagnosis

Dokter akan mengumpulkan informasi tentang gejala yang dialami, riwayat kesehatan, serta riwayat keluarga yang relevan. Informasi ini membantu dokter dalam memahami konteks kondisi Anda. Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan, yaitu:

  • Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menilai daerah panggul dan vagina. Dokter akan mencari adanya benjolan atau massa yang dapat dirasakan, serta menilai lokasi, ukuran, dan kemungkinan gejala lain yang terkait.
  • Ultrasonografi Panggul: Ini adalah pemeriksaan utama untuk memvisualisasikan kista Gartner. Ultrasonografi menggunakan gelombang suara untuk menciptakan gambar organ-organ dalam panggul, termasuk kista yang mungkin ada. Melalui ultrasonografi, dokter dapat mengidentifikasi lokasi, ukuran, dan karakteristik kista, serta membedakannya dari kondisi lain seperti kista ovarium atau permasalahan panggul lainnya.
  • MRI (Magnetic Resonance Imaging): Dalam beberapa kasus yang kompleks atau ketika ultrasonografi tidak memberikan gambaran yang jelas, dokter mungkin merujuk Anda untuk menjalani MRI. MRI dapat memberikan gambaran yang lebih detail tentang struktur dan karakteristik kista Gartner, membantu dalam diagnosis yang lebih akurat.
  • Pengujian Tambahan (Opsional): Terkadang, dokter dapat merujuk untuk tes tambahan seperti tes darah untuk mengevaluasi tanda-tanda infeksi atau tes hormonal jika diperlukan untuk memastikan bahwa kista tidak terkait dengan masalah hormonal tertentu.

Penanganan

  • Observasi atau Pengawasan: Jika kista Gartner kecil (biasanya kurang dari 2 cm) dan tidak menimbulkan gejala, dokter mungkin merekomendasikan untuk hanya mengamati kista secara berkala dengan melakukan pemeriksaan ulang atau ultrasonografi untuk memastikan tidak ada perubahan atau gejala baru.
  • Pengangkatan Kista: Jika kista Gartner tumbuh besar, menyebabkan gejala seperti nyeri panggul atau ketidaknyamanan saat berhubungan seksual, atau mengganggu fungsi normal organ panggul, dokter dapat merekomendasikan pengangkatan kista melalui prosedur bedah. Prosedur ini biasanya dilakukan dengan menggunakan anestesi lokal atau umum tergantung pada ukuran dan lokasi kista.
  • Pengobatan Gejala: Jika kista Gartner terinfeksi, dokter mungkin meresepkan antibiotik untuk mengatasi infeksi. Penggunaan analgesik atau obat pereda nyeri juga dapat direkomendasikan untuk mengurangi nyeri atau ketidaknyamanan yang mungkin disebabkan oleh kista.
  • Edukasi dan Konseling: Dokter dapat memberikan edukasi tentang kondisi kista Gartner, termasuk kemungkinan gejala atau komplikasi yang mungkin terjadi. Konseling juga dapat diberikan mengenai perawatan diri dan tanda-tanda peringatan untuk memantau kista secara mandiri.
  • Pengobatan Komprehensif: Dalam beberapa kasus yang kompleks atau jika kista Gartner terkait dengan masalah kesehatan yang lebih luas, dokter dapat merujuk Anda ke spesialis ginekologi atau ahli bedah untuk penanganan lebih lanjut.

3. Kista Nabothian

Nabothian cysts, atau folikel Nabothian, adalah pertumbuhan jinak yang terjadi di permukaan leher rahim. Kista-kista ini berkembang ketika kelenjar lendir normal di leher rahim tertutup oleh epitel skuamosa yang melapisi leher rahim. Akibatnya, sekresi yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar ini terperangkap, membentuk kista kecil yang berisi cairan di bawah permukaan leher rahim. Kista Nabothian muncul sebagai benjolan kecil, bulat, atau berbentuk oval di permukaan leher rahim. Biasanya berwarna putih atau kekuningan dan dapat bervariasi ukurannya dari beberapa milimeter hingga satu sentimeter.

Faktor Risiko

  • Usia: Kista Nabothian lebih umum terjadi pada wanita yang berusia reproduktif, meskipun bisa terjadi pada wanita dari segala usia.
  • Kehamilan dan Melahirkan: Beberapa studi menunjukkan bahwa kehamilan dan proses persalinan mungkin berhubungan dengan peningkatan kemungkinan kista Nabothian, mungkin karena perubahan hormonal atau tekanan mekanis selama kehamilan.
  • Riwayat Kesehatan Reproduksi: Wanita dengan riwayat kehamilan multipel atau riwayat kelainan pada leher rahim mungkin memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi untuk mengembangkan kista Nabothian.
  • Faktor Hormonal: Perubahan hormonal yang terjadi selama siklus menstruasi atau penggunaan kontrasepsi hormonal tertentu juga dapat mempengaruhi perkembangan kista Nabothian.

Tanda dan Gejala

  • Benjolan atau Tonjolan di Leher Rahim: Kista Nabothian biasanya muncul sebagai benjolan kecil, bulat, atau oval di permukaan leher rahim. Benjolan ini dapat terlihat putih atau kekuningan dan biasanya berukuran beberapa milimeter hingga satu sentimeter.
  • Tidak Menimbulkan Gejala: Kebanyakan kista Nabothian tidak menimbulkan rasa sakit atau ketidaknyamanan. Mereka sering kali tidak terasa sama sekali dan ditemukan secara kebetulan selama pemeriksaan ginekologi rutin.
  • Tidak Memengaruhi Siklus Menstruasi: Kista Nabothian tidak mempengaruhi siklus menstruasi atau menyebabkan perdarahan abnormal.
  • Tidak Terkait dengan Infeksi atau Kondisi Serius Lainnya: Kista Nabothian adalah kondisi benign atau tidak berbahaya yang biasanya tidak terkait dengan infeksi atau kondisi serius lainnya. Mereka berkembang sebagai akibat dari proses alami di dalam leher Rahim.

Diagnosis

Dokter akan mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan Anda dan gejala yang Anda alami. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menilai daerah panggul dan leher rahim. Dokter akan mencari adanya benjolan atau tonjolan yang dapat dirasakan di permukaan leher rahim. Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan, yaitu:

  • Pemeriksaan Spekulum: Dokter akan menggunakan spekulum untuk memeriksa secara langsung leher rahim dan memeriksa adanya kista Nabothian di permukaan leher rahim.
  • Ultrasonografi Panggul: Jika diperlukan atau jika ada ketidakpastian tentang diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik, dokter dapat merujuk Anda untuk menjalani ultrasonografi panggul. Ultrasonografi menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar organ-organ dalam panggul, termasuk kista Nabothian yang mungkin ada. Ini membantu dokter untuk melihat dengan lebih jelas lokasi, ukuran, dan karakteristik kista.
  • Biopsi (Jarang dilakukan): Jarang sekali diperlukan biopsi untuk diagnosis kista Nabothian karena kista ini biasanya dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik dan ultrasonografi. Namun, dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, dokter mungkin merujuk untuk biopsi untuk memastikan bahwa benjolan tersebut adalah kista Nabothian dan bukan kondisi lain yang lebih serius.
  • Konsultasi dengan Spesialis Ginekologi: Jika ada ketidakjelasan dalam diagnosis atau jika kista Nabothian tumbuh besar atau menimbulkan gejala yang mengganggu, dokter mungkin merujuk Anda untuk konsultasi dengan spesialis ginekologi untuk evaluasi lebih lanjut.

Penanganan

  • Observasi atau Pengawasan: Kista Nabothian kecil yang tidak menimbulkan gejala sering kali hanya memerlukan observasi atau pengawasan secara berkala oleh dokter. Ini dilakukan untuk memantau perkembangan kista dan memastikan tidak ada gejala baru yang muncul.
  • Edukasi dan Konseling: Dokter dapat memberikan edukasi tentang kista Nabothian, termasuk bahwa kista ini adalah kondisi benign dan umumnya tidak memerlukan pengobatan. Konseling juga dapat diberikan mengenai perawatan diri dan tanda-tanda peringatan untuk memantau kista secara mandiri.
  • Pengobatan Gejala (Jika Diperlukan): Meskipun kista Nabothian biasanya tidak menimbulkan gejala, jika kista tersebut tumbuh besar atau menyebabkan ketidaknyamanan, dokter dapat merekomendasikan pengobatan gejala dengan cara yang sesuai, misalnya penggunaan analgesik atau obat pereda nyeri ringan.
  • Pengangkatan Kista (Jarang Diperlukan): Dalam kasus yang jarang terjadi di mana kista Nabothian tumbuh sangat besar atau menyebabkan gejala yang mengganggu, dokter dapat mempertimbangkan untuk mengangkat kista tersebut. Prosedur pengangkatan ini biasanya sederhana dan dilakukan dengan anestesi lokal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *