Obgyn

Ca Servix

September 24, 2024

Ca Servix

Kanker serviks, juga dikenal sebagai kanker leher rahim, adalah jenis kanker yang berkembang dari sel-sel yang melapisi serviks, yaitu bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. Kanker ini umumnya dimulai dari perubahan lambat pada sel-sel leher rahim yang dapat berkembang menjadi bentuk pra-kanker dan kemudian menjadi kanker invasif jika tidak diobati. Kanker serviks umumnya disebabkan oleh infeksi kronis human papillomavirus (HPV), terutama tipe 16 dan 18. HPV adalah virus yang sangat menular dan menyebar melalui kontak seksual. HPV menyebar melalui hubungan seksual dan dapat menginfeksi sel-sel leher rahim, menyebabkan perubahan genetik yang pada akhirnya dapat mengarah pada pertumbuhan sel-sel kanker

Faktor Risiko

  • Infeksi HPV: Human papillomavirus (HPV), terutama tipe 16 dan 18, adalah penyebab utama kanker serviks. HPV menyebar melalui kontak seksual, dan infeksi kronis dapat menyebabkan perubahan pada sel-sel leher rahim yang berpotensi menjadi kanker.
  • Aktivitas Seksual: Memiliki banyak pasangan seksual atau memiliki pasangan seksual yang memiliki banyak pasangan dapat meningkatkan risiko terinfeksi HPV, yang kemudian dapat meningkatkan risiko kanker serviks.
  • Merokok: Merokok telah terkait dengan peningkatan risiko kanker serviks, terutama pada wanita yang terinfeksi HPV.
  • Imunosupresi: Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada penerima transplantasi organ atau individu dengan HIV/AIDS, dapat meningkatkan risiko terkena infeksi HPV yang persisten dan akhirnya kanker serviks.
  • Riwayat Seksual dan Usia Awal Berhubungan Seks: Memulai aktivitas seksual pada usia muda atau memiliki riwayat seksual yang aktif dapat meningkatkan risiko terpapar HPV dan, akibatnya, risiko kanker serviks.
  • Kondisi Ginekologis: Riwayat kondisi ginekologis tertentu seperti infeksi menular seksual lainnya, polip serviks, atau displasia serviks (perubahan prakanker pada sel-sel leher rahim) dapat meningkatkan risiko kanker serviks.
  • Riwayat Keluarga: Meskipun jarang, ada faktor genetik yang dapat mempengaruhi risiko seseorang terhadap kanker serviks, terutama jika ada riwayat kanker serviks dalam keluarga.
  • Kebiasaan Hidup dan Kondisi Kesehatan: Obesitas, diet rendah serat, serta konsumsi alkohol yang tinggi juga dapat meningkatkan risiko kanker serviks, meskipun hubungan langsung dengan kanker serviks tidak sekuat faktor-faktor lain seperti HPV.

Tanda dan Gejala

  • Perdarahan Abnormal: Salah satu gejala paling umum adalah perdarahan yang tidak normal, seperti:
    • Perdarahan antara periode menstruasi.
    • Perdarahan setelah berhubungan seksual.
    • Perdarahan setelah menopause.
  • Keputihan yang Tidak Biasa: Keputihan yang berbau atau berwarna tidak biasa, terutama jika berlangsung untuk jangka waktu yang lama dan tidak terkait dengan siklus menstruasi normal.
  • Nyeri atau Sensasi Tidak Nyaman: Nyeri panggul yang tidak biasa atau sensasi tidak nyaman di daerah panggul atau punggung bawah.
  • Nyeri saat Berhubungan Seksual: Nyeri yang timbul selama atau setelah hubungan seksual.
  • Perubahan pada Siklus Menstruasi: Perubahan dalam pola menstruasi, seperti menstruasi yang lebih berat atau lebih lama dari biasanya.
  • Kehilangan Berat Badan yang Tidak Disengaja: Kehilangan berat badan tanpa alasan yang jelas atau tanpa melakukan diet atau olahraga yang signifikan.
  • Kelelahan yang Persisten: Kelelahan yang tidak dapat dijelaskan dengan penyebab lain.
  • Pembengkakan pada Kaki: Pembengkakan tungkai bisa terjadi jika kanker serviks telah menyebar ke kelenjar getah bening di panggul.

Diagnosis

  • Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik: Dokter akan mengumpulkan riwayat medis lengkap pasien, termasuk gejala yang dialami dan faktor risiko yang ada. Pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk mengevaluasi area panggul dan mungkin mencari tanda-tanda fisik dari kanker serviks.
  • Pap Smear: Tes Pap smear adalah tes skrining utama untuk mendeteksi perubahan pra-kanker atau sel kanker pada leher rahim. Sel-sel dari leher rahim akan diambil dan dianalisis di bawah mikroskop untuk melihat adanya sel-sel yang tidak normal.
  • Tes HPV: Tes HPV juga dapat dilakukan bersamaan dengan Pap smear atau sebagai tes skrining tunggal. Tes ini mengidentifikasi keberadaan HPV, khususnya tipe-tipe HPV yang berisiko tinggi untuk menyebabkan kanker serviks.
  • Kolposkopi: Jika ditemukan perubahan yang mencurigakan pada Pap smear atau tes HPV, dokter dapat melakukan kolposkopi. Ini adalah prosedur di mana dokter menggunakan alat khusus yang disebut kolposkop untuk memeriksa leher rahim secara mendetail.
  • Biopsi: Jika kolposkopi menunjukkan adanya area yang mencurigakan, dokter dapat mengambil sampel kecil jaringan dari leher rahim (biopsi) untuk dianalisis lebih lanjut di laboratorium. Hasil biopsi akan membantu dokter memastikan diagnosis kanker serviks.
  • Imaging: Jika diperlukan untuk menentukan stadium kanker serviks atau untuk mengevaluasi sebarannya ke organ lain, dokter dapat merujuk pasien untuk menjalani tes pencitraan seperti CT scan, MRI, atau PET scan.
  • Pengujian Tambahan: Terkadang, pemeriksaan tambahan seperti tes darah atau uji fungsi organ tertentu juga dapat dilakukan untuk mengevaluasi kesehatan umum pasien sebelum memulai pengobatan

Penanganan

  • Operasi: Operasi bisa menjadi pilihan untuk mengangkat tumor kanker serviks. Jenis operasi yang dipilih tergantung pada ukuran tumor dan sejauh mana kanker telah menyebar. Beberapa jenis operasi meliputi:
    • Histerectomi: Operasi untuk mengangkat rahim beserta serviksnya. Terkadang, salpingo-ooforektomi (pengangkatan tuba falopi dan ovarium) juga dilakukan tergantung pada stadium kanker.
    • Konektomi: Pengangkatan bagian dari atau seluruh leher rahim yang terinfeksi.
    • Limfadenektomi: Pengangkatan kelenjar getah bening di sekitar leher rahim jika kanker telah menyebar ke daerah tersebut.
  • Radioterapi: Penggunaan radiasi tinggi untuk menghancurkan sel-sel kanker. Radioterapi dapat dilakukan secara eksternal (dari luar tubuh) atau internal (brakiterapi, dengan memasukkan sumber radiasi ke dalam atau dekat dengan tumor). Radioterapi dapat digunakan sendiri atau bersamaan dengan operasi.
  • Kemoterapi: Penggunaan obat-obatan kemoterapi untuk membunuh sel-sel kanker atau menghambat pertumbuhannya. Kemoterapi sering digunakan bersama dengan radioterapi dalam pengobatan kanker serviks yang lebih canggih atau untuk mengurangi ukuran tumor sebelum operasi.
  • Targeted therapy: Terapi yang mengarah pada molekul spesifik yang ditemukan pada sel kanker, seperti terapi anti-angiogenesis yang menghambat pembentukan pembuluh darah baru yang diperlukan untuk pertumbuhan tumor.
  • Imunoterapi: Penggunaan obat-obatan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan menghancurkan sel-sel kanker.
  • Perawatan Paliatif: Jika kanker serviks tidak dapat diobati atau telah menyebar terlalu jauh, perawatan paliatif bertujuan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *